Wednesday 23 October 2019

BEDA PSIKOPAT DAN SOSIOPAT

Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, buku panduan resmi para dokter dan psikolog untuk diagnosis psikologis yang dirilis oleh American Psychiatric Association (APA), dijelaskan bahwa sosiopat dan psikopat adalah dua tipe gangguan mental jenis Antisocial Personality Disorders (ASPD) dan ditempatkan dalam kategori spesifik: amat manipulatif. Mereka juga sama-sama memiliki minim rasa penyesalan, empati, tanggung jawab terhadap orang lain dan kerap mengabaikan hukum serta norma sosial.

Seorang psikopat akan sangat mudah berbaur dan menempatkan diri mereka dalam komunitas sekitar. Mereka umumnya memiliki kecerdasan di atas rata-rata dalam memikat lawan bicara. Selain itu, seorang psikopat juga mampu meniru emosi, kendati tidak mampu merasakannya. Luar biasanya lagi, orang lain tidak akan menaruh curiga dan menganggap apa yang mereka lakukan normal belaka.

Namun demikian, yang terbaik dari seorang psikopat adalah kemampuannya memperhitungkan sifat manipulatif dengan amat terperinci. Itulah kenapa kemudian sebuah studi tahun 2002 dari National Center for Biotechnology Information (NCBI) menunjukkan bahwa 93,3% dari kasus pembunuhan psikopat telah direncanakan. Ketika melakukan pembunuhan, amat mungkin mereka menikmatinya karena ketiadaan empati saat menyaksikan orang lain kesakitan.

Minimnya rasa takut dan penyesalan seorang psikopat dipengaruhi oleh lesi pada bagian otak yang dikenal sebagai amigdala: sebuah bagian yang bertanggung jawab atas persepsi emosi, agresi pengendali, serta mengatur memori. Kerusakan tersebut biasanya terjadi karena turun temurun atau bawaan lahir. Demikian menurut analisis Aaron Kipnis, seorang PhD psikolog klinis yang juga menulis buku berjudul The Midas Complex.

Dengan komposisi kerusakan semacam itu, tak perlu diherankan jika seorang psikopat memiliki ketenangan yang luar biasa ketika melakukan kejahatan. Adegan kabur dari penjara yang dilakukan Hannibal Lecter dalam film Silence of The Lambs adalah salah satu contoh terbaik. Semakin terdesak kondisinya, seorang psikopat justru akan semakin tenang.


Sementara itu, kendati kelainan sosiopat juga bisa timbul akibat faktor cacat otak bawaan selayaknya psikopat, pola asuhan orang tua ternyata memiliki peran yang lebih besar dalam perkembangan gangguan mental ini. Umumnya kondisi sosiopat dapat terdiagnosis pada usia 18 tahun ke atas. Namun, sebelum usia 15 tahun, orang dengan sosiopat biasanya pernah melakukan pelanggaran hukum berulang, berbohong dan menipu, mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain.

Sosiopat juga memiliki bentuk emosi yang labil dan sangat impulsif. Mereka juga lebih tidak sabaran, cenderung spontanitas, serta minim persiapan yang mendetail dalam hal apapun. Walhasil, kejahatan seorang sosiopat cukup mudah terdeteksi karena mereka memang sembrono dan tidak cukup pintar untuk menutupi jejak atau merancang strateginya.

Ciri sosiopat makin kentara karena ketika kejahatan atau kebohongannya terbongkar, mereka biasanya akan lekas marah dan jengkel karena memang tidak mampu mengendalikan ekspresi dengan baik. Berbeda dengan psikopat yang lebih mampu memanipulasi keadaan, sekalipun hal tersebut juga dilakukan demi menunjukkan betapa dirinya tidak merasa bersalah.

Pada akhirnya, psikopat memiliki keunggulan yang lebih baik daripada sosiopat dalam merencanakan kejahatan. Mereka pun juga tidak kenal rasa takut, tidak memiliki empati, serta tidak mampu membedakan mana yang benar dan yang salah. Sedangkan sosiopat cenderung masih memiliki semuanya. Hanya saja, dalam titik tertentu, mereka juga cenderung tidak mempedulikan hal tersebut.






sumber : https://tirto.id/psikopat-vs-sosiopat-apa-bedanya-dkpY

0 comments:

Post a Comment